Manajemen
risiko keuangan
1.1
Latar Belakang
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko
(risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang
diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai
ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang
diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan
statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan
imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk
High Return”. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan
berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat
pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan perlu
memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif
digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang
diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat
pengenbalian yang diharapkan.
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara
periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan
bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan
pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan
menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Jika manajemen perusahaan dapat
memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh laba operasi yang
lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham.
Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik,
perusahaan mengalami kerugian.
1.2
Rumusan masalah
1.
Pengertian resiko keuangan?
2.
Tujuan manajemen risiko keuangan?
3.
Peranan akuntansi terhadap risiko keuangan?
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Risiko Keuangan
Risiko keuangan (financial risk) adalah sejauh mana perusahaan bergantung pada
pembiayaan external (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung operasi
yang sedang berlangsung. Risiko keuangan tercermin dalam faktor-faktor seperti
leverage neraca, transaksi off-balance sheet, kewajiban kontrak, jatuh tempo
pembayaran utang, likuiditas, dan hal lainnya yang mengurangi fleksibilitas
keuangan. Perusahaan yang mengandalkan pada pihak eksternal untuk pembiayaan
berisiko lebih besar daripada yang menggunakan dana sendiri yang dihasilkan
secara internal.
2.2. Tujuan Manajemen Risiko
Keuangan
Tujuan utama manajemen resiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi
kerugian yang timbul dari perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit,
komoditas dan equitas. Resiko volatilitas harga yang dihadapi ini dikenal
sebagai resiko pasar. Resiko pasar terdapat dalam berbagai bentuk. Meskipun
fokus terhadap volatilitas harga atau tingkat, akuntan manajemen perlu
mempertimbangkan resiko lainnya seperti :
1. Resiko liquiditas timbul karena
tidak semua produk manajemen resiko keuangan dapat diperdagangkan secara bebas.
2. Diskontinuitas pasar mengacu pada
resiko bahwa pasar tidak selalu menimbulkan perubahan harga secara bertahap.
3. Resiko kredit merupakan
kemungkinan bahwa pihak lawan dalam kontrak manajemen resikotidak dapat
memenuhi kewajibannya.
4. Resiko regulasi adalah risiko
yang timbul karena pihak otoritas publik melarang penggunaan suatu produk
keuangan untuk tujuan tertentu.
5. Resiko pajak merupakan resiko
bahwa transaksi lindung nilai tertentu tidak dapat memperoleh perlakuan pajak
yang diinginkan.
6. Resiko akuntansi adalah peluang
bahwa suatu transaksi lindung nilai tidak dapat dicatat sebagai bagian dari
transaksi yang hendak dilindungi nilai.
Pertumbuhan jasa manajemen resiko yang cepat menunjukan bahwa manajemen dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan. Jika
perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensi resiko
yang aktif dapat dibenarkan dalam beberapa alasan. Laba yang stabil mengurangi
kemungkinan resiko gagal bayar dan kebangkrutan atau resiko bahwa laba mungkin
tidak dapat menutupi layanan jasa utang kontraktual.
2.3
Peranan Akuntansi
Akuntansi manajemen memainkan peran yang penting dalam proses risiko manajemen.
Mereka membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar, mengkuantifikasi
keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko alternative, mengukur
potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu, mencatat produk lindung
nilai tertentu dan mengevaluasi program lindung nilai.
Kerangka dasar yang bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai jenis risiko
market berpotensi dapat disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali
dengan pengamatan atas hubungan berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai
suatu perusahaan dan pesaingnya. Pemicu nilai mengacu pada kondisi keuangan dan
pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan. Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga,
serta risiko harga komoditas dan ekuitas. Mata uang Negara sumber pembelian
mengalami penurunan nilai relative terhadap mata uang Negara domnestik, maka
perubahan ini dapat menyebabkan pesaing domestic mampu menjual dengan harga
yang lebih rendah, ini disebut sebagai risiko kompetitif mata uang yang
dihadapi. Akuntan manajemen harus memasukkan suatu fungsi demikian probabilitas
yang terkait dengan serangkaian hasil keluaran masing-masing pemicu nilai.
Peran lain yang dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen resiko
meliputi proses kuantifikasi penyeimbangan yang berkaitan dengan alternative
strategi respon risiko. Risiko kurs valuta asing adalah salah satu bentuk
risiko yang paling umum dan akan dihadapi oleh perusahaan multinasional. Di
dalam dunia kurs mengambang, manajemen risiko mencakup: (1) antisipasi
pergerakan kurs, (2) pengukuran risiko kurs valuta asing yang dihadapi
perusahaan, (3) perancangan strategi perlindungan yang memadai, dan (4)
pembuatan pengendalian manajemen risiko internal. Manajer keuangan harus
memiliki informasi mengenai kemungkinan arah, waktu, dan magnitude perubahan
kurs dan dapat menyusun ukuran-ukuran defensive memadai dengan lebih efisien
dan efektif.
2.4
Potensi Risiko Transaksi
Potensi terhadap risiko valas timbul apabila perubahan kurs valas juga mengubah
nilai aktiva bersih, laba, dan arus kas suatu perusahaan. Pengukuran akuntansi
tradisional terhadap potensi risiko valas ini berpusat pada dua jenis potensi
risiko: translasi dan transaksi.
Potensi risiko translasi mengukur
pengaruh perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas
aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan.
Karena jumlah dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan ke dalam nilai
ekuivalen mata uang domestik untuk tujuan pengawasan manajemen atau pelaporan
keuangan eksternal, pengaruh translasi itu menimbulkan dampak langsung terhadap
laba yang diinginkan. Kelebihan antara aktiva terpapar resiko dengan kewajiban
terpapar (yaitu pos-pos dalam mata uang asing yang ditranslasikan berdasarkan
kurs kini) menyebabkan timbulnya posisi aktiva terpapar bersih. Posisi ini
sering disebut potensi risiko positif. Devaluasi mata uang asing relatif
terhadap mata uang pelaporan menimbulkan kerugian translasi. Revaluasi mata
uang asing menghasilkan keuntungan translasi. Sebaliknya, jika perusahaan
memiliki posisi kewajiban terpapar bersih atau potensi risiko negatif apabila
kewajiban terpapar melebihi aktiva terpapar. Dalam kasus ini, devaluasi mata
uang asing menyebabkan timbulnya keuntungan translasi. Revalusi mata uang asing
menyebabkan kerugian translasi.
Strategi Perlindungan Sekali potensi
risiko kurs yang dihadapi dapat diidentifikasikan, langkah berikutnya adalah
merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau menghilangkan potensi
risiko tersebut.
Strategi ini mencakup :
• Lindung Nilai Neraca
Dapat mengurangi potensi risiko yang
dihadapi perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai denominasi moneter
aktiva dan kewajiban perusahaan yang terpapar. Metode lindung nilai potensi
risiko perusahaan positif lainnya dalam sebuah anak perusahaan yang berlokasi
di negara yang rentan terhdap devaluasi meliputi :
1. Mempertahankan saldo kas dalam
mata uang lokal sebesar tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi
yang berjalan.
2. Mengembalikan laba yang di atas
jumlah yang diperlukan untuk ekspansi modal kepada induk perusahaan.
3. Mempercepat (memastikan-leading)
penerimaan dan piutang dagang yang beredar dalam mata uang lokal.
4. Menunda (memperlambat-lagging)
pembayaran utang dalam mata uang lokal.
5. Mempercepat pembayaran utang
dalam mata uang asing.
6. Menginvestasikan kelebihan utang
tunai ke dalam persediaan dan aktiva lainnya dalam mata uang lokal yang tidak
terlalu terpengaruh oleh kerugian devaluasi.
7. Berinvestasi dalam aktiva di luar
negeri dengan mata uang yang kuat.
• Lindung Nilai Operasional Bentuk
perlindungan risiko ini berfokus pada variabel variabel yang mempengaruhi
pendapat dan beban dalam mata uang asing. Pengendalian biaya yang lebih ketat
memungkinkan margin keselamatan yang lebih besar terhadap potensi kerugian mata
uang.
• Lindung Nilai Struktural Lindung
nilai ini mencakup relokasi tempat manufaktur untuk mengurangi potensi risiko
yang dihadapi perusahaan atau mengubah negara yang menjadi sumber bahan mentah
atau komponen manufaktur.
• Lindung Nilai Kontraktual,
Berbagai instrumen lindung nilai kontraktual telah dikembangkan untuk
memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada para manajer dalam mengelola
potensi risiko valuta asing yang dihadapi.
Kebanyakan instrumen keuangan ini
adalah derivatif , dan bukan merupakan instrumen dasar. Instrumen keuangan
dasar, seperti perjanjian pembelian kembali (piutang), obligasi, dan modal
saham, memenuhi definisi akuntansi konvensional untuk aktiva, kewajiban, dan
ekuitas pemilik. Instrumen derivatif merupakan perjanjian kontraktual yang
memberikan hak atau kewajiban khusus dan memperoleh nilainya dan instrumen
keuangan atau komoditas lainnya. Banyak di antaranya didasarkan pada peristiwa
yang bersifat kontijensi.
Akuntansi untuk Produk Lindung Nilai
Merupakan kontrak atau instrumen keuangan yang memungkinkan penggunaanya
untuk meminimalkan, menghilangkan,
atau paling tidak mengalihkan risiko pasar pada pundak pihak lain. Produk ini
mencakup antara lain kontrak forward, future, swap, opsi, dan gabungan dari
ketiganya. Untuk memahami pentingnya akuntansi lindung nilai, dicontohkan
beberapa praktik akuntansi lindung nilai yang dasar. Komponen dasar laporan
keuangan (tanpa pajak)
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar